Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
Atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
aku ingin kembali pada jalan alam
aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu
W.S. Rendra
31 July 2009
Mitra keluarga
Sunday, August 9, 2009
Cermin
Seringkali aku berkata,
Ketika orang memuji milikku,
Bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
Bahwa mobilku hanya titipanNya,
Bahwa hartaku hanya titipanNya,
Bahwa putraku hanya titipanNya,
Tetapi mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia
Menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
Apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali olehNya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusbut itu sebagai petaka,
Kusebut dengan penggilan apa saja untuk melukiskan
Bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
Aku ingin lebih banyak harta,
Ingin lebih banyak mobil,
Lebih banyak rumah,
Lebih banyak popularitas,
Dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah semua ”derita”
Adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasihNya
Harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah,
Maka selayaknyalah
Derita menjauh dariku,
Dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
Dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas ”perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
Hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
”ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keuntungan sama saja”
(W.S. Rendra)
Ketika orang memuji milikku,
Bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
Bahwa mobilku hanya titipanNya,
Bahwa hartaku hanya titipanNya,
Bahwa putraku hanya titipanNya,
Tetapi mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia
Menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
Apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali olehNya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusbut itu sebagai petaka,
Kusebut dengan penggilan apa saja untuk melukiskan
Bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
Aku ingin lebih banyak harta,
Ingin lebih banyak mobil,
Lebih banyak rumah,
Lebih banyak popularitas,
Dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah semua ”derita”
Adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasihNya
Harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah,
Maka selayaknyalah
Derita menjauh dariku,
Dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
Dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas ”perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
Hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
”ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keuntungan sama saja”
(W.S. Rendra)
Thursday, August 6, 2009
Renungan untuk berusaha kembali
Kami tidak punya uang
Nilai mata uang Jepang yang kami pakai di Indonesia pun nilainya sudah merosot
Setiap orang berusaha menyelundup demi kepentingan republic
Mantan duta besar kami untuk Amerika menyelundupkan candu. Di pulau Jawa dan Madura banyak candu, dan kami mengadakan perdagangan yang cukup luas dengan candu.
Dengan beberapa ons aku telah memperoleh sebuah mobil Cadillac kepresidenan yang pertama.
Dr. A.K. Ghani, seorang pembesar tinggi dikabinetku menyelundupkan 9 Kg emas, 300 Kg perak, dan 800 Ton karet. Belanda memberinya julukan raja penyelundup. Rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian.
Soekarno: An autobiography as told to Cindy Adams 1965
Pertanyaannya, apakah kita ingin kembali ke masa itu, dengan segala kekurangan dan keterpurukan ekonomi?
Masa depan bangsa ini ada ditangan kita.
Nilai mata uang Jepang yang kami pakai di Indonesia pun nilainya sudah merosot
Setiap orang berusaha menyelundup demi kepentingan republic
Mantan duta besar kami untuk Amerika menyelundupkan candu. Di pulau Jawa dan Madura banyak candu, dan kami mengadakan perdagangan yang cukup luas dengan candu.
Dengan beberapa ons aku telah memperoleh sebuah mobil Cadillac kepresidenan yang pertama.
Dr. A.K. Ghani, seorang pembesar tinggi dikabinetku menyelundupkan 9 Kg emas, 300 Kg perak, dan 800 Ton karet. Belanda memberinya julukan raja penyelundup. Rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian.
Soekarno: An autobiography as told to Cindy Adams 1965
Pertanyaannya, apakah kita ingin kembali ke masa itu, dengan segala kekurangan dan keterpurukan ekonomi?
Masa depan bangsa ini ada ditangan kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)