Jika dulu aku tidak bertekad untuk melawan ketidaknyamanan dan menantang kesendirian, tentu sekarang akan kulihat diriku sendiri disini, diantara kerumunan ini, berjalan kesana kemari mengikuti aturan dan keadaan yang tidak kuketahui penyebabnya, mengumpulkan sekeping dua keeping rupiah untuk dihamburkan demi harga diri dan gengsi sesaat , berbusung dada dan menengadah sombong dikala untung, memamerkan segala kecongkakan dan kesempitan pikir yang disangka sebagai sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Aku menolak menjadi seperti itu, aku menolak ajakan lingkungan untuk mengikutinya. Dan kini harpa itu telah berbunyi, harpa yang selama ini terdiam lama tanpa dawai, sontak meski tak berdawai nada kemenangan atas kepicikan pikir. Ia bersenandung, menyatakan bahwa lingkungan selalu memberi pilihan, hanya penghuninya saja yang membuat aturan keliru
Saturday, February 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Luar biasa nih Kang Nasrul, sangat puitis dan kaya makna.
Menurutku dawai tak berdawai itu apakah "Kecacatan Fisik"?
Saya setuju banget nih, Cacat bukan berarti harus kalah.
seperti gitar tak bersenar
Yang saya bilang itu bener Kang he.he... serius.
Kalau ini prolog, isinya seperti apa ya... sudah demikian hebat prolognya.
Salut!.
Post a Comment